SEMOGA TIDAK KAMU LAGI!

SEMOGA TIDAK KAMU LAGI

Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia..
Bukan karena aku tak ingin kamu bahagia,,
Melainkan, karena bukan aku yang membahagiakanmu..
Itu menyakitkan!

Seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar
Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk
Sehingga doa,,
dapat melahirkan semangat dan kemudian dapat membuatku bangkit..

Namun ketahuilah,,
Sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu..
Dingin darahku mengalir membawa bayang-bayangmu  mengelilingi tubuhku
Dan jantungku,, berdenting demi kau menari-nari di pikiranku

Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku,,
Itu karena aku mampu terima kamu apa adanya..

Aku meminta ampun kepada Tuhan,,
Sebab, aku pernah berharap..
Kalau suatu saat ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu..
Aku tak ingin pernah lagi menginjak bumi..
Sebab hidup,, jadi terasa bagaikan dinding yang dingin ..
Dan aku harus menjadi paku,
Sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya..
Memukul..memukul..dan memukulku hingga aku benar-benar menancap kuat..

Pada akhirnya,,
Semoga tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya dalam pejamku sebelum pulas..
ya! semoga TIDAK kamu lagi..

Persepsi adalah penipu!!!

Bagaimana mungkin kita tidak bisa tidur semalaman karena menunggu reply sms atau reply komen? cinta memang gila..
maksudnya orang-orang yang mencemplungkan diri dalam kisah itu, bukan cintanya.
---
Saya kira, nyapu, ngepel, nyuci, nyetrika, jahit baju robek dan sebagainya itu bukan pekerjaan cewek. Itu pekerjaan umat manusia, tidak peduli dia cewek atau cowok.
---
Orang yang beneran cinta sama kita, nembak bilang "i love u"-nya nggak sendirian. Dia datang serombongan, bareng keluarga besar. ---
Orang-orang yang suka gombal, mempermainkan perasaan itu persis seperti saklar lampu saat mereka bilang "i love you". Tekan tombol saklarnya, klik, nyala lampunya, bilang suka. Tekan lagi tombol saklarnya, klik, padam lampunya. Mudah sekali, semau-mau mereka saja. Dan bisa klik-klik ke siapapun sepanjang jidatnya mulus.

Maka, susah sekali menjelaskan kalau kalian tertipu oleh orang-orang ini, dan malah mau saja tetap percaya, memberikan kesempatan.

Carilah orang-orang yang tidak mudah bilang suka, tapi saat bilang, dia langsung bawa satu rombongan keluarga. Dan akan membuat lampunya tetap menyala kecuali kalah oleh waktu.
---

Kadang situasinya memang mengenaskan. Kita hanya mengalami sebuah kejadian 15 menit saja, tapi butuh berpuluh tahun melupakannya--malah tidak lupa-lupa.

Kita hanya mengenalnya dalam hitungan bulan saja, tapi butuh bertahun-tahun untuk menghapusnya dari hati.
---
Kita tidak berhenti menyayangi dan peduli kepada seseorang hanya karena kita sedang bertengkar, marah atau benci padanya. Tidak.---
 

Lebih baik sendiri daripada mengikatkan diri dalam hubungan yang justru merusak dan cuma buat seru-seruan.---
Ada banyak orang-orang yang bertengkar hebat tapi kemudian menjadi sahabat karib sampai akhir hayat.

Masa' kita sebaliknya, sahabat karib, bertengkar kecil, malah jadi musuh selama-lamanya. Saling menyalahkan, saling menuduh, tidak mau sedikitpun mengalah dan minta maaf.
---
Dalam setiap pertengkaran, tidak ada yang diuntungkan.

Dalam setiap perdebatan, juga tidak ada yang menang.

Lantas, buat apa? Mending fokus mengurus diri sendiri, terus maju.
---
Kadang kita memikirkan seseorang, menunggu reply sms, komen atau membaca postingan kita, menanti dia online, dsbgnya. Tapi nyatanya seseorang itu justru sedang asyik dgn orang lainnya lagi, atau malah lagi asyik (maaf) ngupil :p

Jadi lebih baik sibukkan diri memikirkan dan mengerjakan hal yang bermanfaat. Waktu itu berharga, jangan dihabiskan percuma.
---
 

Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kaupamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu.

*Dan kesedihan dihabisi oleh waktu

Kita hapus nomor HP-nya di phone book
Kita delete alamat email-nya di address book
Kita buang whatsapp-nya
Kita delcont BBM-nya,   
Tapi, sayang beribu sayang,
Kita sudah terlanjur ingat
Di luar kepala hafal nomernya
Bahkan saat tidur pun bisa mengigau pin BB-nya
...
Kita hapus message-nya
Kita delete foto2nya
Kita remove dari friend list, bahkan block sekaligus
Kita usir jauh-jauh dari dari otak. 
bersungguh-sungguh tidak akan mengganggu lagi di dunia maya
Tapi, sayang beribu sayang,
Kita tetap kepo, stalking, ngintip
Ingin tahu apa yang dia lakukan
Bahkan bangun tidur, masih ileran
First thing in the morning

Inilah sajak melupakan jaman modern
Sungguh malang anak sekarang
Karena jaman dulu,
Orang tua kita paling cukup membakar tumpukan surat
Atau mengirim telegram: 'lupakan saja, koma, jangan hubungi aku lagi. titik habis'
Dan kesedihan dihabisi oleh waktu
---
Jika diibaratkan benda, maka kesetiaan adalah salah-satu benda paling mahal sedunia.

Well, kalau kita sudah tahu itu benda mahal, maka bagaimana kita tetap berharap memperolehnya dari orang-orang 'murahan' di sekitar kita?
---
"Di muka bumi ini, setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Jika ada harapan maka juga menempel kekecewaan. Dan kalau terdapat kasih sayang, pun akan ikut kebencian."

Kalimat-kalimat ini seharusnya yang pertama kali dipelajari oleh setiap orang yang akan, sedang, telah, atau berhenti jatuh cinta. Agar paham cinta tidak selamanya indah.
---
 
Ditulis saat: hidung tersumbat, kegalauan menghambat, nafas tercekat.

Aku sadar, kau lebih mencintai duniamu dari pada aku.

                                                                         




"Mungkin, kaulupa bahwa ada seseorang yang membiarkan air matanya terbujur kaku dipipinya, hanya karena dia tidak ingin melihat perubahanmu, hanya karena dia MENCINTAIMU."

Aku baru tahu ternyata kaumemiliki kemampuan unik. Kemampuan yang mungkin tidak dimiliki oleh pria-pria lainnya, membuat mata wanita bengkak karena terlalu lama menangisi sesuatu yang sempat kausebut dengan mudah dan kau lupakan dengan mudah, cinta.
Kedatanganmu begitu sempurna, kaumembawa bekal yang katanya cinta, menghampiriku dengan janji-janji bisu yang terlihat akan kautepati. Lalu, kita mencoba untuk berjalan bersama, "menutup telinga" dari banyak cemooh dan hujatan orang-orang yang tak tahu apa-apa tentang kita.
Beberapa bulan berlalu, kamu terlalu sibuk dengan sesuatu yang harus kaukejar dan kauraih, kariermu. Kaumelupakan seseorang yang selalu berada di sampingmu. Kaumelupakan seseorang yang beberapa bulan terakhir bersedia menyiapkan telinganya untukmu, hanya untuk mendengar ceritamu. Kaumelupakan seseorang yang menjadi pelampiasan amarahmu, yang kausakiti hatinya saat kaulelah dengan semua rutinitasmu. Kaumelupakan seseorang yang berusaha meluangkan waktunya hanya untuk memastikan bahwa kesehatanmu terjaga dengan baik. Kaumelupakanku yang berusaha bertahan untukmu.
Sebenarnya, aku ini kauanggap apa? Sesekali kaumengemis, sesekali kauberlaku sadis. Seringkali kaubaik, seringkali kaupicik. Bisakah kau berhenti menjadikanku "boneka"? Aku seperti benda mati yang bisa kausakiti sesuka hati. Aku layaknya robot tak berperasaan yang bisa kaubodohi kapanpun kaumau.
Kali ini aku sadar, bahwa usaha "bertahan" yang kulakukan hanya kauanggap sebagai sampah. Usahaku hanya kauanggap sebagai sesuatu yang tak pantas kauhargai. Kauberubah menjadi seseorang yang kutakuti, menjadi manusia lain yang tak pernah kuketahui.
Aku sadar bahwa kaulebih mencintai duniamu daripada aku. Aku sadar bahwa kaulebih memikirkan keegoisanmu daripada kebahagiaanku. Semakin lama aku semakin yakin bahwa aku tak mampu lagi mengimbangimu. Aku tak mampu lagi menjadi sosok tegar yang mengokohkan langkah tegakmu.
Aku hanya masa lalu yang mencoba untuk menyadarkanmu, karena mungkin kaulupa bahwa ada seseorang yang membiarkan air matanya terbujur kaku dipipinya, hanya karena dia tidak ingin melihat perubahanmu, hanya karena dia MENCINTAIMU.

Harusnya aku bisa segera melupakanmu.

Hujan lagi, entah sudah berapa jutaan liter yang tertumpah ketanah setelah terakhir kali kita bersitatap. Disana, dibangku panjang, alun-alun kotamu, yang dulu kau sebut kota kita. Aroma dari asap yang mengempul oleh kipasan pedagang sate madura, tak membuat perutku berselera untuk mencoba mencicipin panganan disana. Semua indra, hanya tertuju pada sosokmu.

Pada sosok tolol yang sekarang membuat hari-hariku menjadi terbalik. Aku sekarang tengah memandang hujan, dari jendela lantai dua kantorku. Kau sedang apa? Masihkah asma dan maag akutmu sering kambuh? Apakah pria barumu mengerti setiap kesakitan yang kau rasakan?. Kalau boleh jujur, aku merindukanmu. Tapi, sesuai janjiku, aku tak akan pernah lagi mengusikmu, apa lagi mengganggu rutinitasmu. Mungkin sekarang aku hanya orang asing dimatamu, seseorang yang sangat-amat tidak penting.
Siapalah aku, hanya pria biasa, karyawan perusahaan swasta biasa, tidak berpendidikan tinggi, tidak seknifikan, tidak memiliki masa depan yang baik, dan tidak sesuai dengan keinginan ibumu. Boleh jadi, sekarang kau tengah menikmati hujan bersama kekasih barumu. Meski hanya lewat panggilan telfon, seperti yang biasa kita lakukan dulu. Setiap hujan, sepanjang malam.
Selalu ada pembahasan menarik ditiap perbincangan kita, mulai dari hal yang biasa, hingga hal yang tidak normal sekalipun. Ingat? Saat aku tiba-tiba menghilang berminggu-minggu? Koma, dan kau sibuk mencari kabarku. Menghubungi setiap teman, kerabat dan semua orang yang mengenalku. Katamu saat itu kau begitu frustasi, stres menunggu kabarku. Hingga kau melakukan semua hal agar lebih tenang, duduk berlama-lama dicafe tempat mu biasa menenangkan diri, hingga larut malam. Sekarang, saat aku tak ada lagi ditiap frasa nafasmu, mengapa kau tak seperti dulu? Mencemaskanku? Ah, aku kembali beretorika. Harusnya aku tak perlu larut dalam kebodohan yang dari awal sudah kuciptakan sendiri. Harusnya, aku tau bahwa semuanya sudah digariskan tuhan. Harusnya aku bisa sesegera mungkin melupakanmu. Membuang sosok tak bertanggung jawab sepertimu. Membencimu, seperti kau melupakanku. Ya sudahlah, semoga ini tidak mengganggumu. Aku juga tak berharap kau membacanya. Dari awal kan aku sudah bilang, aku hanya rindu. Itu saja, rindu kepolosanmu tiga setengah tahun yang lalu.

Beri aku waktu Tuhan.

Aku lelah menjadi seseorang yang bukan diriku sendiri.
Aku lelah menjadi seseorang yang bahkan tak kukenali sama sekali.

Aku hanya bisa mematung seusai mendengar vonis dokter yang saat ini masih tak kupercayai realitanya. Aku hanya bisa mematung dan berpikir, aku mencoba menyelami labirin-labiran dalam otakku yang semakin rumit dan tak kumengerti. Aku mencoba mengungatkan langkahku dan menegakan ketegaran hatiku. Tapi, aku muak untuk terlihat menjadi kuat! Aku muak berpura-pura menjadi seseorang yang terlihat kuat! Aku lelah harus terus terlihat seakan-akan aku percaya bahwa aku segera sembuh, bahwa aku dituntut agar tidak terlihat lemah karena penyakit yang masih saja menggerogoti tubuhku. Aku lelah berpura-pura dalam kesakitanku. Aku lelah dalam kepalsuan. Aku ingin menangis tapi nyatanya aku hanya bisa menyembunyikan air mataku.
Aku iri dengan mereka yang bisa tersenyum bahagia tanpa kepalsuan. Aku iri dengan mereka yang bisa berlari dan bergerak bebas dalam sandiwara yang skenarionya telah dipersiapkan Tuhan. Aku ingin seperti mereka yang menghabiskan waktunya tanpa khawatir akan hadirnya kematian yang bisa saja menghampiri mereka tiba-tiba. Aku ingin seperti mereka! Aku ingin menjadi pelakon dalam sandiwaraku sendiri, aku ingin menjadi pemeran utama dalam sandiwara yang Tuhan izinkan terjadi itu. Tapi, nyatanya, aku hanya menjadi seorang penonton! Aku hanya bisa duduk diam! Aku hanya bisa menunggu datangnya kematian!
Kalau manusia diizinkan untuk marah dengan takdir yang Tuhan rancang, mungkin aku akan terus menjadi pemarah yang tidak henti-hentinya merapal kata-kata kekesalanku pada Tuhan. Kalau manusia berhak untuk merancang takdirnya sendiri, aku pasti mampu merancang kebahagiaanku sendiri, dengan kekuatanku sendiri, dengan kemampuanku sendiri. Tapi, inilah aku dalam keterbatasanku. Aku hanya bisa diam! Aku hanya bisa duduk memperhatikan! Aku hanya bisa melakukan kepalsuan! Aku hanya bisa bahagia walau dalam kepura-puraan.
Aku hanya ingin sembuh, Tuhan. Aku hanya ingin helaan nafasku tidak berhenti secepat ini. Aku lelah menjadi seseorang yang bukan diriku sendiri. Aku lelah menjadi seseorang yang bahkan tak kukenali sama sekali. Aku lelah menahan sakit. Tuhan, bisakah sekali lagi kita bercakap dalam doa? Aku masih belum siap bercakap denganMu secara langsung, akan kujelaskan padaMu bahwa aku masih butuh waktu. Aku belum siap Kau jemput. Beri aku waktu, Tuhan.