cinta terkadang melelahkan





"Kenapa kamu berubah ??" Tanyaku perlahan,masih menahan langkahnya.

"Aku tidak pernah berubah,kamu yang berubah.egois !!" Jawabnya begitu saja,ringan. Seakan-akan dia tak menggunakan otaknya untuk memikirkan ucapannya.

"Kamu tahu kan kalo aku masih sayang sama kamu ?" Aku masih terus bertanya,aku ingin kepastian.

"Masa bodoh kamu sayang sama aku ! Aku ga perduli !! Aku bosan dengan tingkahmu yang selalu berlebihan itu. Kamu selalu menempatkan dirimu sebagai yang utama,kau kira kau paling sempurna ??! Pikirkan caramu,BODOHH !!!!" Dia menghempaskan tanganku,aku terdiam.

Aku hanya menatapnya,tapi dia memalingkan wajahnya. " Kenapa harus aku ?! Kenapa selalu aku yang kamu sakiti ?!?" Air mata tulus mengalir perlahan,menggenang dipelupuk mata,terjun bebas dipipi. Aku benci kondisi seperti ini. Aku benci ketika tiba-tiba saja aku menangis meskipun aku telah berusaha untuk tetap terlihat kuat.

Dia menatapku dengan getir,tergesa-gesa merogoh isi tasnya,selembar tisue kini ada ditangannya. "Aku hanya ingin melindungi perasaanmu,aku tahu aku bukan yang terbaik,aku tahu kau pernah disakiti mantanmu dengan begitu dalam. Aku bukan sosok yang konsisten. Mereka yang lebih dulu kau kenal jauh lebih konsisten dari pada aku. Kenapa kau masih menahanku ??"

Isak tangis yang kutahan tetap tak mau kompromi pada keadaan. "Kemarin,aku berkata seperti itu karena kamu meracau terus. Aku benci dengan orang yang selalu marah-marah dengan alasan yang tak jelas,terlalu childish! Aku marah sama kamu karena aku sayang sama kamu."

"Lalu ? Kau mau apa ? Harusnya kamu menyesal karena telah memilih aku ! Kalau kau tau ada wanita-wanita yang konsisten,yang jauh lebih baik dari pada aku,kejarlah! Biarkan aku pergi.!" Ucapnya dengan nada tinggi sambil sesekali menatap kekasih barunya dengan wajah khawatir.

Aku semakin frustasi dibuatnya,sosok munafik memang selalu pandai memutar-mutar masalah hingga tak jelas lagi inti dari masalah tersebut. Aku menatapnya geram,dengan cepat kuulurkan tanganku,kuraih tubuhnya,kini dia rasakan tanganku menghangatkan tubuhnya. "Salahku yang terlalu cepat mengambil keputusan.salahku yang mengenalmu dengan begitu instan. Menyatakan cinta dengan begitu cepat,padahal kita belum saling mengenal,belum saling tahu. Tapi,mengapa kamu bisa begitu menyakitiku ? Apakah yang instan selalu membawa kesedihan ?"

Dia memang tak membalas pelukkanku,tapi dia mematung. Aku tahu dia turut larut dalam hangatnya suasana kali itu. Hanya pada saat itulah kami bisa berbicara dengan begitu dekat,dengan pelukan lekat. "Kalau sudah seperti ini,siapa yang pantas disalahkan ? Tuhan ? Ahh,, kau juga tau Tuhan memang punya wewenang tertinggi dalam hidupmu dan hidupku,tak pantas kalau aku dan kamu menyalahkan dia. Cintamu dan cintaku terlalu buta,kita membiarkan diri kita sendiri tertabrak oleh dengan brutalnya. Lalu,cinta berwujud menjadi sesuatu yang dia sukka dan kita terjebak.kalau sudah seperti ini,bagaimana mau terlepas dari jeratnya ??"

Sialan! Seseorang yang awalnya kuanggap seperti anak kecil ini ternyata mampu membuatku menangis untuk kedua kalinya. "Tapi sebodoh-bodohnya cinta,setolol-tololnya cinta dia tetap terasa nyaman kan ?"

"Iya,nyaman sekali.disatu sisi aku memang merasa senang berada didekatmu,disisi lain aku tak mampu mengimbangi kesempurnaanmu. Ini jalan terbaikkan ?? Tidak membiarkan diriku dan dirimu tersiksa dalam suatu hubungan. Aku tau,sebenarnya kaupun merasa tersiksa."
Jelasnya perlahan,kurasakan tanganyannya menyambut pelukanku,lalu dia lepaskan lagi. Takutkah dia pada kekasih barunya ?

Aku menarik nafas panjang,menenangkan diri,sesakit inikah perpisahan ? Aku pasti akan sangat merindukannya. "Berjanjilah padaku kau akan bahagia bersama pilihanmu,meskipun bahagiamu tak lagi membutuhkan sosokku. Percuma mengharapkan dirimu yang dulu kembali,dirimu berubah menjadi seseorang yang tak lagi aku kenal. Aku memang bukan pilihan".

"Kamu yang memaksaku berubah".

"Jadi sampai disini ?"

"Ya sampai disini,"

"Kau tidak mau merasakan semur daging buatanku ?"

"Tidak,lain kali mungkin."

"Aku akan merindukanmu".

"Begitu juga aku"

"Pergilah !!"

"Jaga dirimu baik-baik" desahnya perlahan,kubiarkan dia lepas dari pelukanku. Dia melenggang santai menuju seseorang disudut sana yang sejak tadi menunggunya. Dia menciumnya dengan begitu mesranya,semesra kala dia menciumku. Dia menggandeng dengan begitu hangatnya,sehangat dia menggandeng tanganku,dulu.

Sementara aku masih mematung menatap kepergiannya,punggungnya telah berlalu,tangisku belum juga reda. Perpisahan terkadang memang butuh air mata.





Ghege ̸̸̸̨̨Ϟ•̸Ϟ•̸ ̐.̷̐͡​