Perasaan, selalu beserta proses .

  • Diberanda rumah, terlihat langit begitu teduh. Sore menjelang malam yang menakjubkan. Sayup-sayup terdengar lantunan ayat suci al-Qur'an berkumandang dari tiap-tiap toa masjid. Selalu menyenangkan berada dalam situasi seperti itu. Membuatku mampu berlama-lama tenggelam dalam pelukan lamunan. Tanpa diberi komando dan aba-aba, otakku sudah bekerja diluar kendali. Memikirkan hal yang tak seharusnya difikirkan, membayangkan hal yang tak semestinya dibayangkan. Kinerja alam nyata dan dunia maya seakan menemui jalan buntu.
    Hanya tentang hal-hal sepele yang terus berotasi tak beraturan di dalam kepala, membuatku rela melamun untuk beberapa saat hanya demi menemukan sesuatu yang penting disana. Sesuatu yang benar-benar mampu untuk dijadikan alasan kenapa aku membisu tanpa jeda seperti ini.
    Hanya sosok sederhana, namun mampu membuat tiap pasang mata tak merasa bosan melihat tingkahnya, meski hal konyol sekalipun ia lakukan. Seseorang yang memiliki gestur tegap, tidak terlalu tinggi, memiliki senyum yang memukau(baru ku sadari sekarang), dan memiliki banyak kelebihan yang menarik (ini juga baru kusadari).
    Pada awalnya, aku menganggap dia biasa-biasa saja. Tidak ada gejolak yang meronta-ronta saat pandanganku dan sorot matanya bertemu. Tak ada ketertarikan yang berarti hingga membuatku hanya menganggap semua hal tentangnya yang biasa, menjadi benar-benar biasa. Dia baik, bahkan manis. Hanya saja saat itu pemikiranku masih begitu kekanak-kanakan, hingga membuat ku masih mampu dibutakan oleh sosok yang lain.
    Saat itu, dia benar-benar menunjukkan kesungguhan. Bahkan aku berani bertaruh; jika saat itu juga dia siap diajak berkomitmen. Tapi itulah level remaja, hitungan belasan tahun. Aku malah memilih seseorang yang belum tentu benar-benar mengerti tentang perasaan(atau mungkin lebih labil ketimbang aku), dan untuk pertama kalinya mencoba cinta dalam jarak. Aku sadar, hatinya mungkin terluka. Pasti terluka, aku yakin itu. Kebodohanku mungkin membuatnya menjauh, dalam bayanganku dia pasti akan membenci setengah mati pada orang yang dicintai, malah mencintai orang lain.
    Aku yang tengah merajut kasih, mendendangkan lagu cinta, bersama sosok yang tidak benar-benar ku kenali. Memangnya apa yang bisa dipercaya pada sesuatu yang berhubungan dengan jarak? Semua bisa berbohong sesuka hati asal masih dilindungi oleh jarak. Dan dia, bagaimana dengan dia kala itu? Entahlah. Firasatku mengatakan kalau dia mampu mencari seseorang yang lebih dari sekedar calon penulis.
    Untuk kamu calon Dokter,,,, maaf jika saat itu aku memilih sesuatu yang salah. Maaf karena aku mencintai kecintaan yang tidak sebenar-benarnya mengharapkanku.
    Seperti katamu dulu, didekat pekarangan rumah "terkadang hati yang baik, harus menambatkan perasaan pada sesuatu yang salah terlebih dahulu sebelum akhirnya menemukan hati yang benar-benar ingin berbagi". Aku yang tidak peka tidak segera memahami, ada bulir cinta ditiap intonasimu, ada bulir-bulir kasih sayang pada tiap kata yang kamu ucap.
    Kala itu, aku hanya menganggap bahwa yang terlihat adalah yang sebenarnya. Aku belum benar-benar bisa membaca topeng tiap-tiap orang. Kamu, hanya memberikan isyarat, hanya memberikan sentuhan-sentuhan hangat ditiap kata yang kau ucap, dan aku belum benar-benar memahami.
    Aku tau, jika hingga saat ini kamu masih menyimpan perasaan yang sama, dan mungkin masih sehangat dulu.
    Aku tau semuanya, aku bisa membaca ditiap-tiap pesan singkat yang kau kirim. Aku tau, kamu menyisipkan berton-ton rasa rindu disana. Aku tau, bahwa kamu tak pernah sekalipun mencoba membunuh perasaan yang tumbuh dengan sangat liar itu.
    Kamu pasti mendengar kabar tentang hubunganku dengannya bukan? Apa kau kagett? Bingung? Sama saja, pada awalnya aku juga merasakan hal yang sama. Hanya bisa memahami, tanpa mengerti situasi. Tapi, setelah semuanya terjawab, aku bahkan lebih merasa kagett, hingga deru nafasku berontak sesuka hati.
    Jangan tersenyum, aku tau. Lagi-lagi perkataanmu benar. Hatiku dan hatimu pernah menemukan kesalahan. Dan sudah sangat belajar dari kesalahan yang kuperbuat dengan sengaja itu.

    Untuk kamu penghuni kelas Kedokteran semeter enam. Sudah hampir adzan magrib, dan kita pasti sadar kewajiban. Hanya beberapa hal saja,, mencintai tidak selalu beserta rasa sakit, mencintai sejatinya tidak selalu kehilangan. Sesuatu yang baik, tidak bisa jika dilakukan secara instan. Jika kamu benar-benar mempunyai sentuhan ajaib, bisakah kamu membawa aku kemasa tiga tahun silam??




    Ghege ̸̸̸̨̨Ϟ•̸Ϟ•̸ ̐.̷̐͡