Saat hujan, 7juni, 15:49. empat tahun sebelum kamu diambil Tuhan.


             

                                                                            

Hujan selalu menyimpan tanda tanya. Kadang, hujan bisa juga menjadi jawaban. Dia membisu,datang malu-malu,tanpa isyarat dan kata,tiba-tiba dia mengguyur saja sesukanya,seenak hatinya. Seringkali juga hujan disalah artikan sebagai pembawa duka. Sebagai sebab seseorang mengingat kenangannya. Sebagai terdakwa yang menyebabkan seseorang takut akan takdirnya.
"Hujan buatku adalah penenang dalam kerinduan,pembawa air mata dan pengingat rasa kehilangan." Selalu saja, "Sesuatu yang harus seseorang lupakan adalah sesuatu yang justru jauh tersimpan begitu dalam,KENANGAN "

******

Seseorang,sederhana saja. Senyumnya menyimpan banyak tanda tanya,tatapannya menggangu laju kerja otak,dan gerak-geriknya selalu memaksaku agar tidak melewati tiap inci perpindahannya.
Lalu,semua terjadi begitu saja. Saat sapa lembutnya menjaring nyata menyentuh gendang telinga,saat percakapan kecil yang tercipta merubah deretan narasi nyata,aku dan dia mengalir begitu saja,seperti curah lembut hujan yang jatuh kepermukaan. Sederhana sekali, "Cinta memang selalu menuntut kesederhanaan."

Dia mengajariku banyak hal. Cara menari didalam hujan,cara tertawa dalam kesedihan,cara menghargai perbedaan,dan cara bermimpi walau dalam kemustahilan. Seringkali aku menatapnya dalam-dalam,menyelami sejuk matanya,tercebur dalam hatinya,lalu terpeleset dalam aliran darahnya. Aku sangat ingin menjadi bagian dalam setiap detak jantungnya, aku ingin ikut berhembus saat helaan nafasnya. Tapi,apa ingin dan harapanku akan menyentuh kenyataan ??? Inilah yang disebut mimpi selalu terlalu tinggi.

'Tahu-tahu,sosok dia menjadi sangat penting dalam setiap bangun pagi hingga tidur malamku'
Sedetik,semenit,sejam,hanya dia saja yang rajin menghampiri otakku. Aku ragu kalau dia tak punya kerjaan lain selain mengganggu pikiran dan imajinasiku.
Ah,, kala itu cinta tak lagi menjelma menjadi sesuatu yang sederhana. Berangsung-angsur tingkatannya berbeda,hingga ia menjelma menjadi dua kata,"Luar Biasa" perasaan itu tak lagi sekedar teman biasa,tapi dia berevolusi menjadi lebih dari teman biasa.

********

Ahha !!! Hujan ternyata masih jadi peran antagonis,dia kembali mengingatkanku padamu ! Kamu yang empat tahun lalu meninggalkanku tanpa pamit,tanpa ucapan selamat tinggal,tanpa isyarat pengungkapan.

Ahh,berdosakah kalau aku masih saja memikirkanmu ??? Empat tahun lalu,hanya kamu saja yang mengajariku menghargai rintik hujan,menghargai deras rindunya,menghargai butir-butir kenangan halusnya.

Hujan kali ini,disepotong sore yang dingin,benar-benar mengingatkan pada rasa kehilangan,tentu saja rasa yang begitu dalam. Hilang ?? Saat aku berniat untuk mencari,pasti akan aku temukan. Tapi,bagaimana aku bisa mencari orang sepertimu ?? Dimana aku bisa menemukan seseorang yang mau berjanji untuk tidak meninggalkanku ??

Sayang,,, ahh, sayang. Panggilan yang tak pernah sekalipun terucap dari bibirmu. Hujan kali ini memang deras sekali, aku tak berani membayangkan kamu yang terbaring lemah disana. Apa kamu kedinginan ??? Oh yya,Sudah beberapa bulan ini aku tak mengunjungimu ya ?? Apa kamu merindukanku sedalam aku merindukanmu ?? Tak usah dijawab !!! Aku tak ingin mendengar jawaban dingin itu.
Hari ini tepat tanggal kelahiranmu bukan ?? Begini saja,sebelum lebaran bulan depan,aku akan mengunjungimu,membersihkan rumput-rumput liar yang mencoba menjamah nisanmu. Jangan menolak !!! Aku punya alasan sederhana untuk menjelaskan pemaksaanku.
                                                                                         

"Aku hanya Rindu,"
Itu saja,sederhana. Rindu memang selalu sederhana kan?? Seperti celotehmu waktu itu. Dicafe dekat taman, sebulan tepat sebelum kamu benar-benar pergi.

                                                                                                                                



Ghege ̸̸̸̨̨Ϟ•̸Ϟ•̸ ̐.̷̐͡​