Selamat malam; Masa lalu.



Genap tiga bulan setelah hubungan kita berakhir pilu. Adakah sekali saja kau melirik kebelakang? Mengenangku sejenak, atau mengingat sedikit tentang semua hal baik yang pernah kita lakukan? Pernahkah? Aku tau, jika sekarang kau tengah dirundung asmara yang menggebu. Aku tau, jika sekarang kau tengah merasakan jatuh cinta setengah mati. Aku tau, jika semua hal baik itu tengah kau nikmati bersama dia; kecintaanmu yang baru. Setiap yang baru itu selalu menyenangkan bukan? Seperti katamu dulu, ingat? "Semua yang baru itu selalu menyenangkan, membuat penasaran". Ahh,, tololnya. Hingga hari ini aku masih saja mengingat semua hal tentangmu, tanpa melupakan sejengkalpun tiap detik kebersaam kita dulu. Iya 'Dulu', dan cacatnya lagi, tiap ingin melupakan hal yang pernah terjadi 'Dulu, semuanya malah semakin naik kepermukaan, membuat langkah terasa semakin sulit. Kenangan tentangmu membuatku berjalan semakin bodoh, mengingatmu malah membuatku semakin melangkah mundur. Gerakku semakin tertatih saat tau bahwa ia memiliki semua hal yang bisa dijanjikan untuk kebahagiaanmu. Dia bisa menjadi sosok sempurna yang melengkapi tiap keinginan-keinginan yang kau butuhkan. Sedang aku, apa yang mampu ku berikan untuk kebahagiaanmu? Nihil! Untuk membahagiaakan diriku sendiri saja sudah gagal, apa lagi memberikan kebahagiaan untukmu. Dengan memutuskan semua hal tentang Kita, itu adalah keputusanmu yang benar. Dengan bersikap tak mau tahu semua hal tentangku, itu adalah cara terbaik untuk membuat semua seakan baik-baik saja. Benarkah semua sudah menjadi semakin baik-baik saja? Tentu tidak.

Kau pasti tahu dan sadar dengan dampak setelah semuanya berakhir. Kau pasti melihat keadaanku baik-baik saja bukan? Pasti aku terlihat sangat baik bukan? Tentu saja, aku bahkan merasa sangat baik setelah melepasmu. Tapi itu semua, dalam keadaan aku tengah berbohong. Aku mencoba sekuat tenaga agar mampu menjadi sosok lain yang bisa dengan mudah menghilangkan tentang penjahat manis seperti kamu. Nyatanya, hingga hari ini aku masih harus berjalan tertatih tanpamu. Kau yang mengenalku bertahun-tahun pasti tahu tentang itu. Meskipun aku melakukan semua dengan sangat licin dan hati-hati, kau selalu bisa membaca saat aku tak berlaku jujur. Kau sangat peka, itu salah satu hal yang membuatku begitu menyukaimu. Dan sikapmu yg terkesan tak mau tau itu, aku pun paham. Kau hanya ingin membiarkan aku melakukan apa yang aku fikirkan tanpa membayangkan apa yang terjadi kemudian. Kalau boleh sedikit mengeluh,, Aku kesakitan tanpamu.



Dengan cara yang logis ataupun tak logis, bisakah kita kembali dekat seperti dulu? Sedekat kota Garut dan Gianyar, mungkin? Bisakah?