Isi hatinya,,,



Kamukah yang menggigit rembulan, tuan? Dia mengadu padaku tadi malam. Merintih ketakutan dari balik kaca jendela kamar yang mulai berembun. Iya. Itu dini hari. Kemudian pendarnya meredup. Ia menangis. Langit menangis. Rintik di penghujung malam yang menelan kebahagiaan. Disedotnya harapan. Ditelannya bulat-bulat debar merah jambu manis yang kupilin hati-hati.
Kemudian kami menangis bersama, tuan. Kami menangis dalam sedu sedan yang bisu. Karena malam tak suka keributan. Kami berbisik. Bulan mengadu, langit mendengar sambil tersedu. Gelas kopi dan sendok perakku beradu.

Kamukah yang menyebabkan luka duka ini, tuan? Mencuri bintang dari malam kami? Disini gulita. Ada rindu yang meronta-ronta. Untuk apa datang jika kemudian pergi setelah mencuri? Kemanakah senyum dan tawa yang kita tuang pada tiap cekungan kawah-kawah bulan, tuan? Kau bawa kemana?

Sekarang kami saling bertatapan, tuan. Langit, rembulan, dan aku. Perempuan yang kurang dari 48 jam lalu masih kau dekap dalam pelukan. Masih kau kecup keningnya, hidungnya, kemudian bibirnya. Masih berbagi cerita, berenang dalam tawa dan aroma kata-kata yang bersama kita jahit menjadi selimut, menggulung hingga esoknya matahari meniup kita dengan cahaya dari balik tirai jendela.

Tuan, kemanakah kamu pergi? Kamukah yang menggigit pagi hingga padaku kini ia pun meringis nyeri?

#Aruna