Tuhan lebih adil dari yang kita tau.

                                                                                



"Harus sesabar apalagi aku? rasanya aku sudah muak ditatap sinis oleh dunia. Sudut langitpun tak sudi lagi memandang kearahku. Aku sendiri. Hidup diduniaku yang sepi" gumam Risa. Gadis penjual ayam goreng.

Ayam goreng yang hangat sudah tertata rapih didalam box. Risa siap membawanya ke kampus tempatnya belajar. Ibunya memang mempunyai banyak rumah yang dikontrakan. Belum lagi ayahnya mempunyai usaha dagang di luar kota yang berkembang, dagang ayam goreng. Kalau dihitung penghasilan ibu dan bapaknya sangat besar. Tapi dizaman sekarang, rasanya itu kurang mencukupi. Mengingat Risa hidup dengan banyak jiwa, 4 bersaudara. Risa memang gadis yang baik. Dia membantu Ibunya menjual ayam goreng dikampusnya, tanpa rasa malu.

"Aku berangkat dulu bu" katanya sambil mencium tangan ibunya. Risa mengeluarkan motornya. Boxnya disimpan disela kakinya. Setiba dikampus Risa langsung menawarkan ayam gorengnya. Banyak cibiran yang tertuju kepadanya. "Mahasiswa kok jualan ayam goreng, tengsin dong" ucap temannya. Tapi Risa hanya tersenyum tangannya tetap sigap meladeni para pembeli.

Hari demi hari Risa lalui seperti itu. Belajar sambil berjualan. Sampai akhirnya, tidak ada teman yang mau berteman dengannya lagi karena malu. "Aku merasa kesepian sekarang. Tapi aku tidak boleh memikirkan perasaanku saja. Ada ibu yang lebih harus kupikirkan" gumam Risa. Dikelas Risa duduk sendiri. Saat istirahatpun Risa hanya berjualan. Tak ada waktu untuk bergaul bersama orang lain. Sekalinya ada, tak ada seorangpun yang mau melontarkan obrolan kepadanya.

Sudah hampir 6 bulan Risa berjualan. Senyum ibunya memang selalu dipandanginya atas hasil berjualan ayam gorengnya. Tapi Risa? Risa juga ingin senyumnya terhias diwajahnya.

" Hei gadis penjual ayam goreng, sudah kamu jualan ayam goreng saja. Jangan sok sok jadi mahasiswa" ejek temannya. Risa hanya diam. Risa menengok kekiri. Ada sekumpulan temannya yang tertawa bersama. Tengok lagi kesebelah kanan. Ada sekelompok teman yang sedang belajar berasama. Risa mencoba mendekati sekumpulan temannya yang sedang belajar bersama. Tapi mereka malah menatap Risa hina, lalu pergi meninggalkan Risa. Risa langsung pergi ke toilet disana Risa menangis sejadinya.

Risa mulai murka pada dunia. Setelah mencoba melawan kekesalan dan kesepian dalam hidupnya, dengan pertahanan yang dibangun oleh kesabaraannya itu akhirnya runtuh.

Risa mulai berontak, bertranformasi ke Risa yang dikepung amarah . "Maaf bu, ini ayam gorengnya tidak terjual satupun mungkin teman-teman sudah bosan bu". Padahal ayam goreng itu tidak dijual oleh Risa. Boxnya disembunyikan dikamarnya. "Aku ingin punya teman" gumam Risa. Esoknya Risa melakukan hal yang lebih keji. Ayam gorengnya dibuang dijalan saat Risa akan berangkat ke kampus. Dan setibanya dirumah Risa mengatakan " Bu, tadi aku jatuh dari motor dan box ayam gorengnya terlindas truk". Ibu Risa hanya mengelus dada.

Kini Risa sudah mempunyai banyak teman. Risa mulai merasakan dekapan dunia. Hari ini Risa pulang larut malam
"Mana nak uang hasil jual ayam gorengnya?"
"Tidak ada bu"
"Tidak ada bagaimana? masa sudah sebulan ayam goreng tak terjual satupun?"
"Apa maksud ibu? sudah bu kalau begitu jangan menyuruhku jual ayam goreng lagi dikampus".
"Astagfiruloh Risa, tapikan lumayan hasilnya buat tambah-tambah biaya kamu kuliah"
"Ah sudahlah bu, aku capek. Aku mau istirahat"
Risa membantingkan pintu kamar sekerasnya. Dia Mendengar ibunya menangis diluar kamarku. "Hmm, aku ini mahasiswa bu. Bukan gadis penjual ayam goreng" gumamnya sedikit sebal.

Pagi hari Risa melihat box ayam diatas meja. Jangankan menyentuhnya, melihatnya saja.Risa benar-benar sebal. Ibu mengambil box itu. Ternyata ibunya yang akan berjualan di sekolah tempat adiknya belajar.

Dikampus, sudah banyak teman Risa yang menunggu untuk mengobrol bersama. Risa sangat senang dengan keadaan yang sekarang. Tapi ada yang mengganjal dalam hati Risa. Risa merasa sesak mengingat ibunya yang berjualan sedangkan ibu itu sedang sakit. Benar saja sepulangnya dari kampus. Ibu sedang terbaring dikasur, ke empat adiknya yang masih kecil hanya bisa menangis dipinggir kasur itu. Ibu memandang Risa, mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi Risa langsung kabur ke kamar tanpa menyentuh ibu sedikitpun.

Sudah hampir dua minggu ibu sakit. Selama itu pula ibu menangis melihat Risa yang tidak peduli dengan ibu. Hanya keempat adik kecilnya yang selalu setia menurus ibu. Ibu Risa sangat sedih. Hanya karena ayam goreng, Risa jadi berubah seperti ini.

Di jam istirahat, Risa dipanggil oleh Dosen. Risa diingatkan ada tunggakan yang belum dibayar. Risa terancam di drop out kalau sampai dua hari kedepan belum terlunasi. Belum sampai dua hari. Risa tidak masuk kampus. Risa juga tidak pulang kerumah. Dimana Risa?

Sebulan sudah Risa menghilang. Kondisi ibu semakin memburuk. Adik Risa menyumpahi Risa karena kelakuan kakaknya itu. Belum lagi ayahnya tidak pulang bulan ini karena ada urusan. Ibunya yang sakit hanya mengandalkan tanggal muda. Tanggal penghuni kontrakan miliknya membayar uang sewaan.

"Tok,tok,tok" ada seseorang yang mengirim barang ke Rumah Risa. Didalam Ibu dan keempat adiknya membuka barang itu. Dan itu adalah sebuah novel best seller . Tertera judul dinovel itu adalah "Gadis Penjual Ayam Goreng". Keempat adiknya menengok ke arah ibunya, ibunya pun kebingungan. Mereka melihat dipojok buku siapa nama pengarang novel itu. Dan ... Risa Gamalama. Itu Risa. "Kring,kring" telphone rumah memecah kebingungan mereka.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, ibu sudah terima bukunya? Kalau sudah ibu sekarang nonton tv yah sama adik-adik. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, Risaa , Risa " ternyata telphone itu sudah ditutup. Mereka pun langsung menonton televisi. Ternyata itu adalah acara talkshow dan disana bintang tamunya adalah Risa Gamalama.
"Risa siapa inspirasi dibalik penulisan novel ini?" Tanya host dalam acara itu.
"Saya sendiri. Saya yang baik, saya yang jahat. Ataupun saya yang meninggalkan Orangtua yang sedang sakit"
"Maksud Risa bagaimana?"
"Begini om. Waktu saya memutuskan keluar dari rumah itu ketika Ibu saya sedang sakit. Saya tidak mengurusnya sama sekali. Itu bukan karena saya Benci sama ibu. Justru karena saya benci kepada diri sendiri. Ibu sakit karena kecapean setelah berjualan ayam goreng yang seharusnya ayam goreng itu dijual oleh saya. Tapi karena saya malu diejek terus sama teman gara-gara jualan ayam goreng. Akhirnya saya berhenti berjualan. Dan saya pergi kerumah ayah yang ada diluar kota. Selama sebulan saya benar-benar menulis tentang saya sendiri."
"Jadi gadis penjual ayam goreng itu itu kamu yah? Sekarang apa yang ingin kamu katakan kepada ibu kamu?"
"Ibu, berikan aku satu,dua,tiga bahkan beratus-ratus box ayam goreng. Akan kujual sampai aku kesakitan seperti ibu. Ibu, jangan kau kepakalkan tanganmu untuk tetap bisa membelaiku. Agar aku bisa merasakan sejukanya udara surga melalui tanganmu. Jangan kau palingkan wajahmu dariku. Agar aku bisa melihat indahnya pemandangan surga melalui wajahmu. Maafkan aku bu. Dan aku menyayangi ibu"
"jadi kapan kamu akan pulang dan memeluk ibumu?"
"Setelah acara ini selesai, gadis penjual ayam goreng ini akan bersujud di kaki jelemaan surganya, ibuku. Dan akan kumulai hidupku dengan baik"

****