mari menyenja bersama.






Sebuah perahu kertas telah kularungkan ke lautan.
Di tepi pantai, aku menggoreskan namamu-namaku berulang kali,   Namun ombak menghempas keras;
Menghapusnya tanpa bekas



Tak akan ada yang hilang, sayang..
Meski telah kau lepaskan kenanganmu ke samudera,
Riak air akan membawanya kembali,
Serupa buih, yang kadang timbul kadang tenggelam

Ingatanku terhentak di batu cadas,
Berserakan, berhamburan.
Sekumpulan burung hering berpesta pora seketika;
Mematuki isi kepala hingga tak bersisa.

Apa kau masih ingat, sayang?
Suatu hari, saat kau sedang tidur di dalam kepalaku, kita pernah memecah mimpi.
“Masing-masing dari kita ialah malaikat, kita memiliki sayap.” Katamu.
Kemudian kau pergi, kita terbang sendiri-sendiri.

Kadang aku mendapati diriku tengah duduk melamun di stasiun;
Sedang melihat jadwal keberangkatan dan pemberhentian terakhir,
Atau ikut berkerumun di antara para penumpang.

Seandainya saja kita bisa seperti sepasang rel tua itu
Tak apa berkarat, tak peduli sunyi, asal tetap saling dekat.
Bisa terus bertatap tanpa harus saling menunggu

Lain waktu aku menemukan bayanganku;
Sedang memeluk jarak yang terlipat rapi,
Atau bertengadah memohon pada ibu waktu agar jarumnya berputar ke arah kiri

Mimpi buruk akan berakhir, sayang…
Meski jarak memilih abadi, tapi waktu akan memperbaiki hatimu 
Hingga suatu hari nanti, ruhku dan ruhmu akhirnya bertemu

Pagi ini aku terjaga dari mimpi.
Semalam, seseorang telah menjenguk kenangan dan mengecup hati
Lengannya hangat memeluk lekuk perih yang merintih
Kaukah itu?

Meski ragamu tak pernah merasa, aku selalu ada
Pada detak yang mengalun di dadamu, akan kutiupkan aroma senja dari surga
Aku akan terus menunggumu; di nirwana









Puisi hasil kolaborasi bersama @Leftiy_Desta. meskipun hasilnya aga nyeleneh, dan dibikin sambil ketawa-ketawa, tapi nulisnya penuh dengan rasa *ngakak* debest buat anak-anak Kpm yang makin ngaco.hehehe. kita nantikan novel estaped berikutnya.