Aku harus bagaimana?

Untuk pemilik rindu dikepalaku

Pertanyaan kita masih tetap sama,, ahh, jangan salahkan jarak ina, kita memang harus lebih dulu begini.

Aku pernah berpikir untuk menyerah dan pergi. Tapi rindu, sehari saja aku mencoba tanpa kamu, atau kau menghilang dari batas edarku, segala resah langsung menghantui sekitarku.

Sering aku mencemburui banyak hal di sekitarmu. Teman-teman, pekerjaan, segala rutinitasmu, masa lalu, dan… Ah, mungkin aku terlalu serakah. Tapi aku hanya ingin ada di sampingmu saja. Membagi banyak hal berdua, sampai pada akhirnya kita kembali menjadi diri kita sendiri. Dan aku mengutuk jarak yang terbahak!

Apa kau tahu, rindu? Aku takut. Takut pada sepertiga yang akan menjadi seperdua. Atau malah duapertiga. Bila itu sampai terjadi, aku harus bagaimana?

Benar jika kita sudah berjalan semakin jauh. Menari indah pada panggung rona merah muda yang kita bangun dengan (tanpa) sadar. Ah, apa yang bisa kita lakukan bukan? Kita hanya sepasang anak manusia yang sedang jatuh cinta.

Lalu, kapan SAKIT itu kau bagi padaku? Sakit yang katamu menakjubkan dan menyuruhku terus bersabar pada waktu?

Peluk cium dariku,
yang juga merindukan perjumpaan denganmu,
selalu.

-Aku
 Balasan Surat ke-Empatku dari Ina karisda putri
Untuk diikutsertakan dalam project PenaKreasiRamadhan dari oleh Oestra KPM