Penghujung september

 

 

 

Aku masih berusaha lupa, warna apa yang paling kau sukai. Kulihat, matamu kian coklat saja. Kulitmu semakin putih, tinggi dan semakin berkarakter. Hidungmu masih saja berhasil mengalihkan seisi dunia. Dan bibir jambumu itu. Adakah yang terlewat? Ah, iya alismu yang seadanya tetap lebih terlihat menarik dimata. 

Menuju lupa, aku hanya ingin mengingat segalanya sekali saja lagi. Menuju selain kau, dengan segala yang tertinggal aku ingin meninggalkan apapun itu pada yang semestinya. 

Seperti katamu; tidak ada maksud lain, hanya merubah yang salah. Kupikir sudah saatnya menganggap kekonyolan yang terus berlanjut ini sebagai suatu kesalahan, fatal. 

Karena kau tak benar-benar ada. Tidak nyata. Kita sama, dapat bersama-sama tidak untuk hidup bersama. 

Kurasa itu semua sudah lebih dari jelas. Aku tak ingin lagi menolak lupa. Karena lupamu adalah luka yang nyata.