Surat, ah entah yang keberapa.

Maaf baru bisa membalas surat-suratmu.

Aku terkejut membaca surat-suratmu. Bukan karena banyaknya yang sudah kau kirim, tapi isinya yang benar-benar membuat kebas.

Suratku ini akan menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan dan pernyataanmu, ina.
Semoga setelah ini, kita akan benar-benar mengerti atas apa yang ingin kita tuju.

****

Kau tau ina, sebuah hubungan yang dibiarkan tumbuh tanpa keteraturan akan menjadi hantu yang tidak menjejak bumi, dan alasan cinta yang tadinya diagungkan bisa berubah jadi hutang moral, investasi waktu, perasaan serta perdagangan kalkulatif antara dua pihak.

Kau pasti tau,, ada beda antara kita.
Aku, ya cuma begini-begini saja. Aku bukan pujangga dan tak pernah bisa bermetafora. Monokrom, dan kurang dimensi.
Ya, inaa. Inilah aku. Praktis dan realistis.

Aku sudah mencintaimu ina, meski kau selalu ragu. Dengan segenap rasio dan akal, aku mencintaimu. Dalam bayanganku, kita dapat bekerja sama membina apa saja, termasuk rumah tangga. Itulah aplikasi substansi berjudul "Cinta" bagiku. Cukup seperti itu, dan aku yakin kau pun paham.

Dalam konsep cinta yang ku pahami, ternyata tidak banyak yang ku tau tentang mu, ina. Kau selalu merajut lukamu. Entah apa alasannya, kau selalu memelihara luka masa lalu itu. Kau terus menjaga ingatan itu, hingga aku kadang tidak mengerti tentang banyak hal. Kau selalu menyimpan sendiri. Kau malah menenangkanku yang kebingungan, hanya dengan isyarat.

Saat seperti itu selalu membuatku berfikir, jangan-jangan aku yang terlahir cacat. Ada satu bahasa di semesta ini yang tidak terikut dalam paket genetikku, makanya aku selalu gagal mengerti. Padahal, seorang ahlinya ada begitu dekat denganku, kau. Padahal guru besar bahasa itu ada disampingku. Bahasa aneh dari planet tempat cinta punya logika serta hukum sendiri.

Jadi ina,,
Maafkan aku,,,
Aku tidak akan pernah bisa memiliki semua hal yang mirip dirimu. Aku yang hanya bisa melihat segalanya tiga dimensi dan bukan empat seperti dirimu.
Beberapa hari ini aku berfikir, murni dengan sel-sel otak. Menerjemahkan apa yang selalu dianggap orang absurditas. Dan kesimpulannya,,,,

Alam hatimu tidak mungkin dimengerti siapa-siapa. Tapi kemanapun aku pergi, kau tetap yang selalu ada. Merasuk ke pori-pori, darah dan tulang. Aku tidak perlu mengejarmu, karena kau akan benci itu. Aku tidak harus merayu, karena kau sudah muak dengan banyak gombalan.
Aku percaya, kau tidak akan kemana-mana. Meski menerawang jauh, kau akan tetap pulang. Karena akulah, tiket mu sekali jalan.
Kita berdua tau,, tentang semua hal yang ada,

Aku hanya ingin mengatakan itu ina, semoga kau paham.

Dariku,
Pemilik rindu dikepalamu. 









Untuk diikutsertakan dalam project MemoriAkhirTahun dari oleh  KPM